Sudan, Ketika Cahaya Mimpi Menembus Batas
- Riany Shabila
- Nov 18, 2017
- 3 min read

Adalah sebuah negara yang memberikan cahaya mimpi bagi orang yang percaya akan keajaiban mimpi. Negeri yang belum banyak diketahui tentang eksotisme dan keunikannya yang mampu membuat orang berdecak kagum. Negara Islam yang mempunyai banyak sekali sisi lain di dalamnya. Sudan, negara kaya akan ilmu pengetahuan yang banyak menguak kecerdasan Islam.
Faridi, seorang mahasiswa Bachelor di International University of Africa, sebelumnya, tidak pernah terlintas di benaknya bahwa ia dapat bersekolah ke luar negeri. Cita-citanya sederhana, namun begitu mulia; membawa Islam menjadi cahaya yang ada di sekitarnya. Orang asli Brebes ini memang telah mendalami dunia Islam sejak dini. Ia pernah bersekolah di sebuah Madrasah Ibtidaiyah Jamiatul Falah Kedungenem, Losari, Brebes. Kemudian ia melanjutkan ke sekolah umum yaitu SMPN 1 Losari Brebes dan SMKN 1 Bulakamba di jurusan audio-video.
Mengenyam pendidikan di Sudan, negara yang terletak di benua Afrika, adalah sebuah anugrah yang diberikan Allah kepadanya. Setelah mendapatkan pengalaman bekerja di PT. Showa Indonesia Manufacturing (Astra Group) di Cikarang Utara, Bekasi selama 1 tahun dan PT. Add Plus Technologies Indonesia (Kenwood) di Riau selama 2 tahun, tidak membuat semangat belajarnya luntur. Ia merasa terpanggil jiwanya untuk terus mencari ilmu, maka ia pun belajar di Mahad Abu Bakar Assidiq Universitas Muhammadiyah Surakarta selama 2 tahun. Kemudian setelah ia berdakwah di daerah pedalaman selama 1 tahun, ia pun memberanikan diri mendaftar beasiswa untuk menempuh studi lanjutnya di Sudan.
Jenis beasiswa yang diterima oleh Faridi ini adalah beasiswa dari universitasnya sendiri yang ia peroleh melalui jalur tes di Kementerian Agama. Menurutnya, ada 3 jalur yang dapat ditempuh untuk belajar di Sudan, yaitu jalur Kemenag RI (Kementerian Agama Republik Indonesia), MoU dan Mandiri. Jalur Kemenag RI adalah kerjasama dalam bidang pendidikan yang memberikan beasiswa untuk warga negara Indonesia. Kemenag hanya sebagai fasilitator saja pada tahap tes tertulis dan lisan. Jalur ini memiliki kuota 50 orang yang seleksinya dilakukan di beberapa Universitas Islam Negeri di Indonesia. Jalur MoU dan mandiri tidak perlu dilakukan tes. MoU melibatkan kerjasama atau kesepakatan dengan menyerahkan berkas. Sementara, jalur mandiri adalah jalur termudah, yaitu hanya dengan melampirkan Letter of Acceptence dari salah satu universitas saja.
Mendapatkan beasiswa Bachelor (S1) di International University of Africa menurutnya tidak terlalu susah. Ia mengikuti tes tertulis dan lisan oleh Kemenag RI. Setelah lulus tes tersebut, Kemenag RI menginformasikan tentang beberapa dokumen yang harus dilengkapi seperti ijazah, transkrip nilai, paspor, akte lahir, yang semuanya harus diterjemahkan dalam Bahasa Arab, dan medical chek up ke klinik Insani Medika Jakarta, serta foto paspor. Syarat yang berlaku untuk mendapatkan beasiswa ini adalah hafalan Al-Quran minimal 2 juz. Selain itu Faridi pun juga harus mengikuti tes materi tentang keislaman dan Bahasa Arab. Sementara ujian lisan dilakukan dengan membaca 1 teks Bahasa Arab gundul dan hafalan Al-Quran sebanyak 2 juz. Menurutnya yang penting, jika pernah menjadi santri pondok, pasti bisa melewatinya.
Beasiswa yang diterimanya mencakup tempat tinggal (asrama), makan di asrama 3x sehari, dan visa tinggal. Kehidupan sehari-hari di sana tidak terlalu berat. Kecuali orang dengan penyakit tertentu atau fisik yang tidak kuat. Ada beberapa orang yang mimisan saat musim dingin atau pun panas. Solusinya saat musim dingin, pakailah jaket dan selimut tebal. Saat musim panas, sering basahi rambut dengan air. Selain itu, ada yang gatal-gatal saat memakai sabun di musim dingin. Adapula yang mengalami cultural shock. Ia pun memberikan solusi lagi yaitu dengan mencoba tinggal beberapa hari di gedung PPI Sudan yang menyediakan makanan Indonesia meski nantinya tetap akan dikenalkan pada makanan Sudan.
Kehidupan kampus tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Sistem perkuliahannya mempelajari mata kuliah umum selain mata kuliah agama. International University of Africa ini mengadakan kuliah pagi, siang atau pun sore. Bahasa pengantar yang digunakan adalah Bahasa Arab resmi sehingga tidak terlalu sulit untuk beradaptasi.
Keunikan negeri Sudan adalah penduduknya yang terkenal ramah sekali. Saat bulan puasa tiba, ada pembegalan pahala yaitu orang Sudan berlomba-lomba menghentikan orang lain di jalan untuk berbuka di rumahnya. Keunikan lainnya adalah, Sudan memilki beberapa pyramid yang lebih tua dari Mesir. Tambahnya lagi, negara ini memiliki 2 Sungai Nill yaitu Nill putih dan Nill. Sudan pun menerima bantuan dari negara-negara kaya di Arab karena memiliki banyak potensi alam yang perlu dikembangkan misalnya gurun pasirnya.
Rencana Faridi setelah lulus Bachelor ini adalah melanjutkan S2 pada jurusan yang sama, menjadi dosen sambil kuliah S3, membangun pusat kajian tafsir Indoensia, dan membangun pondok pesantren yang mewajibkan santrinya dakwah ke pedalaman. Ada beberapa tips darinya agar bisa mendapatkan beasiswa Sudan ini yaitu menentukan passion yang tepat, mempunyai link tertentu atau jika tidak punya relasi dapat menghubungi PPI Sudan, dan yang terakhir tentunya harus ada niat kuat untuk belajar di Sudan. Pesan Faridi untuk para pemburu beasiswa, ia berharap untuk jangan pernah menyerah dan malu dengan segala keterbatasan yang kita punya karena malu tidak mengubah apaun dalam hidup kita.
Penulis : Riany Shabila
Editor : Oktaviana Afanisa
Sahabat Beasiswa Chapter Purwokerto
Reach New Height
Comments